Poes

Kepala ikan Manyung di Juwana, Pati (bagian ke-2)

Ini adalah bagian ke-2 dari perjalanan menuju Juwana, Pati untuk kulineran ikan kepala Manyung. Bagian ke-1 bisa dibaca disini.


Jaraknya dekat dari Masjid Al Mukarromah, cuma selemparan batu (pakai ketapel). Meski matahari sudah menggelincir dari posisinya, tapi panasnya masih menyengat. Ane mencoba bertanya kepada bapak - bapak yang sedang meneduh di bawah pohon di dalam area Masjid.

Ane: "Assalamualaikum pak, nyuwun pirso. Badhe teng Polsek Juwana meniko lintang pundi?"

Bapak - bapak: "ini ke kiri terus kanan terus kiri terus lurus terus kiri"

Ane: "...."

Suer, ane salah menginterpretasikan maksud dan arah dari si bapak, jelas akhirnya kalo ane kemudian tersesat. Sudah panas, capek akhirnya ane mengalah dan membuka Google Maps. Ternyata mudah dan gampang.

Berjalan sebentar ketemu dengan Polsek Juwana. Lho katanya mau makan kepala ikan Manyung?

Yoi, karena warungnya terletak pas di seberang Polsek Juwana.

Warung Makan Sederhana Bu Marni tampak depan

Warungnya ada 2, yang lama dengan tembok kayu sedangkan yang baru bangunan moderen dan agak menjorok ke belakang

Saat itu warungnya lagi ramai pelanggan, ane langsung masuk dan menuju etalase masakan yang dipajang seperti di warteg. Pilihannya ternyata banyak, tapi ane fokus kepada kepala Manyung. Tak banyak pertimbangan ane langsung pesan kepala Manyung dan tambahan sepotong tempe goreng.

Menu di warung makan sederhana bu Marni

Pegawai warung langsung tanggap dan sat set mulai mengambilkan pesanan ane, sembari menunggu ane menuju deretan meja kursi dan memilih posisi paling PW (posisi wenak). Tak lama sepiring nasi dan mangut manyung disajikan secara terpisah, disusul oleh segelas gede es teh tawar terhidang di atas meja.

mangut manyung bu Marni

Ini baru manyung!

Secara ukuran memang tidak segede di Bu Fat, Semarang. Namun ini sudah lumayan, ane yakin masih ada ukuran yang lebih besar tapi sepertinya si pelayan tadi mengira ane ga akan bisa habiskan sehingga ngasih ukuran medium. Tak mengapa langsung incip - incip.

Kuah dan mangut manyungnya terasa cukup salty, gurih tapi tingkat keasinannya jelas sangat terasa. Tapi jika dimakan dengan nasi hangat rasanya jadi pas, mantap. Sayangnya tidak ada jeruk nipis untuk meningkatkan acidity (sekaligus mengurangi aroma amis ikan meskipun ikannya sudah diasap). Sedangkan tingkat kepedasan masih di level wajar, ane memang tidak meng-state minta pedas tapi sepertinya tidak ada level kepedasan.

Ane ambil peyek udang yang ada di atas meja untuk menambahkan tekstur kremeyek. Ane suka, apalagi kemudian ternyata porsi daging di kepala manyung ini cukup banyak sehingga rutinitas bolak - balik kepala manyung untuk mencari daging ini menjadi sesuatu yang cukup menyenangkan.

Sebagai profesional dalam memakan masakan kepala ikan manyung, maka ane cuma butuh 15 menit untuk menyelesaikan tantangan di atas meja. Menurut ane seandainya tidak jauh dan akses yang sulit, mungkin ane akan sering datang ke warung ini untuk makan mangut manyung ini.

Selesai makan, ane diam sebentar di warung sekalian mengerjakan tugas pekerjaan dengan tablet. Setelah selesai perut terasa mules, bukan karena makan pedas tapi memang sejak di bus sudah mules. Ijin menumpang ke toilet di warung dan berpapasan dengan anak perempuan pemilik warung yang lagi bantu - bantu di belakang. Ane perhatikan sekilas, anak perempuan ini wajahnya seperti keturunan Tionghoa dan dipanggil Cici namun dia berkerudung. Mantap.

Ane membayar sekitar 100 ribuan untuk makanan tadi, harga kepala Manyungnya sendiri sekitar 60 ribu. Sisanya adalah harga condiment. Sambil membayar ane tanya - tanya ke pegawai warung dimana bisa mendapatkan bus arah Surabaya. Ternyata mudah karena cukup menunggu di depan Alun - alun Juwana. Selepas adzan Ashar ane langsung cabut ke arah Surabaya dengan Bus Patas dari Jaya Utama.


Rating:


#Bus #Juwana #Manyung #Pati #kuliner