Mencicipi kuliner kepala Manyung Bu Fat yang terkenal itu (bagian ke-2)
TLDR: Pergi ke Semarang untuk merasakan masakan kepala ikan Manyung dari depot Bu Fat. Mungkin tulisan ini sedikit sekali membahas soal masakannya karena menurut ane rasanya B saja. Tulisan bagian pertama -> Mencicipi kuliner kepala Manyung Bu Fat yang terkenal itu (bagian ke-1)
Meskipun sudah terjaga hampir 24 jam, anehnya ane bisa saja dengan mudah terlelap di dalam kabin Bobopod. Biasanya kalo sudah terlalu lama melek begadang ane tidak mudah tertidur, rasanya perih saja dimata saat dipejamkan.
Sebelum tidur ane sudah berniat untuk "meninggalkan" sholat subuh dan akan mengqodhonya saat terbangun nanti.
Rasanya belum tidur lama tapi saat terbangun ane lihat jam digital di panel kabin menunjukkan angka 08.11 WIB. Diam sebentar sambil mengumpulkan semangat ane merasa bahwa badan ini ringan - ringan saja. Tidak lelah atau masih mengantuk ingin tidur lagi. Sepuluh menit kemudian ane menuju kamar mandi 1 untuk mandi dan buang hajat. Untungnya jam segini kamar mandinya sepi tidak ada orang sama sekali. Setelah selesai dan berganti pakaian ane langsung menuju Musholla untuk melaksanakan janji sholat Subuh tadi.
Sekitar jam 08.41 WIB ane check out dari Bobopod dan order ojek online untuk menuju Ariloka, tempat warung/depot kepala Manyung Bu Fat berada. Jaraknya tidak jauh dan bisa ditempuh dalam 10 menit dari Bobopod. Di depot sudah banyak pelanggan saat ane sampai, tapi sebagian besar sudah hendak pulang. Sehingga ketika ane masuk tinggal 1 rombongan saja yang tersisa.
Masakan kepala ikan Manyung Bu Fat
Ane langsung ke tempat penyajian dan memesan masakan kepala Manyung 1 porsi medium, 1 nasi, 1 porsi sayur pepaya, dan tempe tahu. Untuk kuah Manyungnya ane pesan yang pedas. Meskipun punya masakan signature kepala ikan Manyung, tapi depot ini juga menyediakan banyak menu masakan rumahan lainnya. Tapi ane ga mau bahas itu.
Tak berapa lama makanan sudah terhidang di atas meja.

Kepala ikan Manyungnya besar hampir selebar piring meski disebut medium, ane kira yang jumbo lebih besar lagi. Aroma asap menguar dari ikannya, sekilas ikan ini penuh dengan daging yang tebal. Kuahnya sendiri seperti kuah kotokan tapi kuningnya lebih pekat, meski begitu ane tak merasakan aroma kunyit yang berlebihan. Rasanya pedas pakai banget, awalnya tidak terasa tapi semakin lama semakin menyengat dan menampar keras. Sebaiknya bawa susu untuk mentralisir rasa pedas bagi yang tidak suka.
Nasi putih hangat cocok untuk menemani menyantap kepala ikan ini, sayur pepaya adalah sayur pepaya yang punya bitter after taste. Ane ga paham kenapa ane pilih ini, rasanya jadi ga cocok untuk kondimen kepala ikan. Tapi tahu tempenya ukuran jumbo, tebal dan lebar serta digoreng garing sehingga renyah. Sebagai profesional ane tak butuh lama untuk menghabiskan hidangan ini.
Untuk seporsi nasi dan ikan kepala Manyung ditambah es jeruk tawar dan tempe tahu saya menghabiskan 174 ribu. Agak mahal karena ada PPh-nya.
Pulang
Setelah duduk - duduk sambil ngerjakan tugas di depot Bu Fat, ane kemudian pesan ojek online untuk menuju Stasiun Semarang Poncol. Kereta kali ini akan berangkat jam 11.45 WIB.
Area kamar mandinya sharing dengan tamu lainnya, tapi untuk tempat mandi dan toilet terpisah. Mirip di mall atau stasiun kereta.↩