Perjalanan ke Timur mencari Nasi Tempong (bagian ke-2)
Lanjutan dari Bagian ke 1
Jam digital di ujung gerbong menunjukkan pukul 02.11 WIB saat perut ane terasa sakit melilit. Udah kebiasaan bangun jam segini. Ane tengok orang - orang sudah pada tidur lelap. Mungkin suhu 23° Celcius dan kursi New Generation membuat istirahat para penumpang menjadi nyaman.
Ane bangun dan bergegas menuju toilet, di depan pintu gerbong ane bertemu petugas kebersihan yang sering disebut dengan petugas OTC (On Train Cleaning), kami saling bertegur sapa dan dari logatnya ane tau dia dari suku Madura. Kemudian ane masuk ke toilet tapi... di dalam kloset airnya berwarna keruh seperti bekas urine, tahun 2025 tapi masih aja ada orang yang tak mau menyiram toilet.
Namun ternyata toiletnya rusak! air masih ada lewat bidet.
Keluar dari toilet, mas OTC masih ada di situ, sepertinya dia memang istirahat di depan gerbong ini. Ane sampaikan kalo toiletnya rusak dan ane disarankan pindah toilet ke gerbong sebelah. Masalah kereta ekonomi adalah toiletnya sempit meski bersih dan tidak bau, tapi ga masalah yang penting hajat tersalurkan.
Pukul 02.25 WIB kereta masuk ke Stasiun Rambipuji, Jember. Ane masih diam di dalam toilet tidak berani flush toilet karena nanti bisa saja kotorannya langsung jatuh ke rel di dalam stasiun, :D. Setelah kereta berangkat dan agak jauh ane baru berani tekan tombol flush toiletnya.
Ketika balik ke kursi, si ibu - ibu itu sudah bangun dan lagi scroll Whatsapp (salah sendiri ga pakai screenguard anti-spy), ane bisa lihat dan baca sedikit percakapan mereka. Ternyata si ibu ini kader sebuah partai koalisi yang menang pemilu kemarin dan si ibu dan rombongan ini sedang menuju ke Bali untuk menghadiri muktamar. Bodo amat ane langsung tidur.
"Irene!!!"
Tiba - tiba ada suara keras membangunkan ane, lagi!. Si ibu itu teriak manggil temannya. Kurang ajar bikin kaget aja!. Ane lirik jam digital menunjukkan pukul 03.59 WIB. Kereta sudah dekat dengan tujuan, karena menurut jadwal harusnya kereta sampai jam 04.40 WIB. Ane berusaha terjaga agar tidak ketiduran, entah untung atau buntung tiba - tiba beberapa orang rombongan si ibu ngumpul di sekitar kursi ane dan mulai diskusi/gosip/gibah terkait fenomena di partai mereka. Sehingga mau ga mau ane pasti terjaga karena mereka berisik.
Sambil scrolling sosmed dan jawab beberapa mentions di Gotosocial tak terasa waktu sudah di angka 04.42 WIB tapi kereta belum juga sampai stasiun tujuan. Kereta terlambat karena persimpangan dengan kereta Probowangi sebelumnya. Tapi beberapa menit kemudian akhirnya kereta sampai di Stasiun Banyuwangi Kota. Ane langsung bangun dan keluar kereta tanpa pamit ke penumpang sebelah. Ang ang ang ang.
Penumpang yang turun di stasiun ini lumayan banyak, ane bergegas mencari Mushola untuk sholat Subuh. Alhamdulillah bisa jama'ah dengan beberapa penumpang lainnya. Langit sudah cerah saat kaki membawa ane keluar dari stasiun padahal jam masih menunjukkan pukul 5 kurang beberapa menit.
Rencana besar ane adalah ingin makan Nasi Tempong khas Banyuwangi asli, menurut pencarian di Google memberikan hasil Warung Nasi Tempong Mbok Nah berada pada urutan nomer 1. Jadi ane putuskan untuk sarapan disana. Akan tetapi ternyata warung ini baru buka jam 08.00 WIB, ane perlu menunggu 3 jam lagi.
1 jam pertama ane tunggu di warung depan Stasiun Banyuwangi Kota, untuk istirahat dan charge iWatch dan iPhone yang sudah mulai menipis dayanya. Pukul 05.50 WIB ane cabut dari warung, sudah segan sama yang punya warung karena cuma pesan teh saja. Di depan warung ini banyak banget ojek pangkalan yang ngetem untuk nunggu penumpang. Tapi ane ga mau pakai jasa mereka dan pilih pakai jasa gojek karena barusan top up.
Ane sudah menentukan tujuan perjalanan yang rutenya bisa dilihat di gambar di bawah ini.
- Menunjukkan lokasi awal ane yaitu di Stasiun Banyuwangi Kota,
- Masjid Agung Baiturahman,
- Warung Nasi Tempong Mbok Nah,
Ke Masjid Agung Baiturahman naik gojek dengan total tarif 15 ribu rupiah. Tujuan ane mampir ke Masjid jelas untuk bersih - bersih diri dan tidur, sebuah rencana yang brilian karena ane kurang tidur semalam. Tapi manusia bisa berkehendak sedangkan takdir ada di tangan Allah SWT. Tak berapa lama ane duduk di masjid tiba - tiba disamperin orang tua yang mengira ane sebagai orang yang akan membeli rumahnya.
What!!!
Ane jelaskan bahwa ane ini musafir dan ga ada sangkut pautnya dengan orang yang mau beli rumah. Eh si orang tua ini malah ikutan duduk di sebelah ane dan cerita - cerita panjang lebar topik yang ga ada ujungnya. Ane mau tidur jadi tidak bisa, mau ditinggal dia ngomong ga ada jedanya.
Sekitar jam 08 kurang 10 menit akhirnya ane bisa lepas dari si bapak tua ini dengan alasan mau ke toilet dan sholat Dhuha. Selepas sholat ane langsung cabut ke Warung Mbok Nah naik gojek dengan tarif 10 ribu rupiah, dekat.
Sampai di Warung Mbok Nah sekitar jam 08.05 WIB namun si mboknya belum datang. Rolling Door (buka ke atas) warung masih setengah tertutup, ane pilih menunggu di kursi yang ada di depan warung. Tak berapa lama si Mbok Nah datang dan bilang kalo masih lama bukanya karena belum apa - apa. Ane sih ga masalah bisa nunggu.
Tak berselang lama ada bapak - bapak yang sepertinya mau beli juga, datang - parkir motor - langsung masuk ke dalam (dari pintu rolling door yang separo tertutup itu. Lho aneh, ane kira dia yang bantu - bantu Mbok Nah. Beberapa menit kemudian datang lagi orang dan langsung masuk, ane mulai curiga. Setelah rolling door dibuka ternyata di dalam sudah ada beberapa orang yang antri, kurang ajar.
Ya sudah ane ikutan antri dan pesan nasi tempong dengan lauk ikan laut dan telor dadar. Sedangkan tempe, tahu, dadar jagung, dan ikan asin sudah menjadi menu standar yang disediakan selain sayur dan sambal trasinya yang khas. Khusus untuk sambal ane lupa minta yang pedes sehingga dikasih sambal standar saja. Jadinya ga cukup terasa tempongannya (tamparannya).
Tapi tetap enak, jauh lebih enak daripada nasi tempong yang pernah ane makan di Madiun dan Surabaya. Saat makan ane perhatikan bahwa banyak pembeli yang datang, setelah parkir langsung setengah berlari masuk ke warung seperti takut kehabisan saja. Memang warung lejen, ga heran.
Selesai makan ane pesan 2 takeaway untuk dibawa pulang. Untuk 3 porsi nasi tempong ini ane keluar duit 58 ribu rupiah. Murah banget.
Semakin siang dan suhu sudah menghangat, ane putuskan untuk pergi ke SPBU terdekat untuk mencari toilet buat bersih - bersih (karena tadi ga sempat di Masjid Agung, ga ada toiletnya) dan istirahat sebentar buat nunggu waktu ke Stasiun Banyuwangi Kota lagi. Kira - kira 45 menit kemudian ane naik gojek ke Stasiun Banyuwangi Kota, sampai di stasiun jam 10.26 WIB. masih ada waktu untuk keliling melihat bentuk stasiun Banyuwangi Kota, ternyata stasiun ini memanjang karena berada di perbukitan maka desain bangunannya menyesuaikan. Tempat parkir luas banget (mungkin karena sepi) tidak hanya parkir mobil tapi juga sepeda motor yang posisinya lebih tinggi daripada stasiun. Dihubungkan oleh selasar dan harus turun tangga untuk masuk ke stasiun.
Jam 10.45 WIB announcer sudah menginformasikan bahwa penumpang bisa mulai boarding. Kereta datang jam 11.15 WIB pas tidak terlambat, kali ini naik kereta Wijaya Kusuma. 20 menit kemudian ane sudah tertidur pulas dengan senyum di wajah karena sudah berhasil membawa Nasi Tempong khas Banyuwangi kembali ke Barat.